Selasa, 27 Maret 2012

KEDISIPLINAN DAN SEMUA ASFEKNYA

KEDISIPLINAN DAN SEMUA ASFEKNYA A. Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin Kata disiplin berasal dari kata serapan bahasa asing (Inggris), yaitu "discipline" atau "disciplina" ( latin ) yang mempunyai arti 'belajar". Yang dimaksud belajar disini adalah belajar mengembangkan kebiasaan dan penguasaan diri serta mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat anak didik. John M. Echols (1982 : 158). Adapun pengertian disiplin menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : Disiplin artinya kekuatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan aturan dan kebiasaan. WS. Ibrahim, dkk. 91995 : 2). Singgih D. Gunarsa (1995 : 138) menyatakan bahwa disiplin adalah pengendalian tingkah laku yang senantiasa sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku. Menurut Oteng Sutisna (1985 : 138) Memberikan sejumlah definisi kepada kata disiplin itu sendiri, diantaranya : 1. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter dan keadaan serba teratur dan efisien. 2. Hasil latihan serupa itu, pengendalian diri, perilaku yang tertib. Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada peraturan/Kedisiplinan berarti ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap peraturan perundang-undangan, kaidah, norma-norma dan hukum yang berlaku. Semua aturan dan tata tertib tentu mengandung nilai-nilai yang positif dan setiap orang dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh disiplin. Terciptanya disiplin yang tinggi dimulai dari diri masing-masing dan dikembangkan melalui pembiasaan yang baik. Pada akhirnya pembiasaan akan berwujud pada pembentukan sikap dan perilaku pribadi yang pada gilirannnya akan melahirkan manusia-manusia yang berdisiplin. Disiplin bukan berarti mengekang dengan kekangan dan batasan-batasan yang otoriter, tetapi sebaliknya disiplin itu adalah titik yang menghasilkan kebebasan, namun kemerdekaan/kebebasan ini adalah relative, yang mengandung arti bahwa di dalamnya terdapat beberapa ikatan/pembatasan yang aman. 2. Pengertian Disiplin dalam Berbagai Asfek Kehidupan Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Disiplin sering dikaitkan dengan ketaatan atau kepatuhan, yang mempunyai maksud bahwa ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap tata-tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya. Terdapat tiga tingkatan disiplin yaitu, Disiplin diri artinya, kepatuhan dan ketaatan terhadap apa yang telah ditentukan dan disepakati oleh dirinya sendiri misalnya disiplin menggunakan waktu, disiplin melaksanakan ibadah dan disiplin kerja. 1. Disiplin sosial, adalah pernyataan sikap mental masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan bersama yang didukung oleh kesadaran kolektif untuk menunaikan tugas dan kewajiban bersama sebagai kesatuan sosial untuk mencapai tujuan bersama. 2. Disiplin nasional adalah merupakan suatu sikap mental bangsa yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap norma-norma kehidupan yang berlaku dalam berbangsa dan bernegara. Misalnya kepatuhan pada perundang-undangan yang berlaku di Negara kita. Dalam ajaran, Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist, yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59 يا ايها الدين امنوا اطيعواالله وااطيعوالرسول واولى الامرمنكم ...... "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu” (An Nisa 59) Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa.Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. a. Disiplin Dalam Penggunaan Waktu Disiplin dalam penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin dapat kembali lagi. Hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai bangsa du dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan penghargaan terhadap waktu. Orang Inggris mengatakan "waktu adalah uang", peribahasa Arab mengatakan "Waktu adalah pedang", atau "Waktu adalah peluang emas", dan kita orang Indonesia mengatakan :" Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna". Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yan ketat dalam kehidupan pribadinya. b. Disiplin Dalam Beribadah Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertia yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa disiplin dalam beribadah itu mengendung 2 hal : a. Berpegang teguh apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah dan makruh.. b. Sikap berpegang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya. Perhatikan firman Allah dalam Suat Ali Imran ayat 31 : قل انكنتم تعيون الله فاتيعوني يحييكم الله ويغفرلكم دنوبكم والله غفوراالرحيم "Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Ali Imran 31) Sebagaimana telah kita ketahui, ibadah itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Ibadah Mahdah (murni) yaitu bentuk ibadah yang langsung berhubungan dengan allah. 2. Ibadah Ghaira Mahdah (selain mahdah), yang tidak langsung dipersembahkan kepada Allah melainkan melalui hubungan kemanusiaan. Dalam ibadah Mahdah (disebut juga ibadah khusus) aturan-aturannya tidak boleh semaunya akan tetapi harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang menada-ada aturan baru misalnya, shalat subuh 3 raka’at atau puasa 40 hari terus menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak disiplin dalam ibadah, kerana tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, ia termasuk orang yang berbuat bid’ah dan tergolong sebagai orang yang sesat. Dalam ibadah Ghaira mahdah (disebut juga ibadah umum) orang dapat menentukan aturannya yang terbaik, kecuali yang jelas dilarang oleh Allah. Tentu saja suatu perbuatan dicatat sebagai ibadah kalau niatnya ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena riya ingin mendapatkan pujian orang lain. c. Disiplin Dalam Bermasyarakat Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda. Namun demikian, dengan bermasyarakat, mereka telah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan di hargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat tersebut. Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda-beda, mana kala salah satu komponen rusak atau binasa. Hadis NAbi SAW menegaskan : "Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan bangunan yang sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari yang sebelah kejari-jari tangan sebelah lainnya". ( H.R.Bukhori Muslim dan Turmudzi) d. Disiplin Dalam Kehidupan Nasional Negara adalah alat untuk memeperjuangakan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleha para anggota atau warganegara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat merupakan prasyarat untuk berdirinya suatu negara. Tujuan dibentuknya suatu negara adalah agar seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga masyarakat dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan. Rasulullah bersabda yang artinya : "Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat". (H.R.Bukhari Muslim). Kata disiplin juga sering diidentikkan dengan kata akhlak. Adapun kata akhlak itu sendiri berasal dari kata "akhlaq" yang merupakan jama dari "khuluq" dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya". Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan kata Akhlak, Yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalakun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia. Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila. 3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. 4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara 5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah SWT. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Beiq: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma'ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 : اان الدين كفروا لن تغني عنهم اموالهم ولااولادهم من الله شيا واولئك هم وقودا النار. "Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah" Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah SWT. Dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 : ضهرالفساد فى الير واليحر بما كسبت ايدئ النا س ليد يقهم بعض الدي عملو لعلهم يرجعون. "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)" Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memangseharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya Muhammad SAW. Rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, "Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak" (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya). Anas bin Malik ra. Seorang sahabat yang mulia menyatakan: "Rasulullah SAW. adalah manusia yang paling baik budi pekertinya" (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Anas memuji beliau : "Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah SAW. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah SAW. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah SAW., belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?" (HR. Bukhari dan Muslim). Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah ra. Diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al-Ash ra. disebutkan : "Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya'. Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau menjawab : "Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik". (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq). Tatkala Rasulullah SAW. Menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda : "Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. : "Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik." (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Dari Jabir ra. berkata : Rasulullah SAW. bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya" (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419). Berikut adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan keutamaan akhlak a. "Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya". (HR. Ar-Ridha) b. "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik". (HR. Abu Dawud) c. "Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?" Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR. Ath-Thabrani) Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslima mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari'at atau sebaliknya. Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari'at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari'at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. 3. Prinsip-prinsip pengembangan disiplin Agar setiap kegiatan (belajar) dapat berjalan dengan lancar, yakni tercapainya tujuan yang diharapkan, hendaklah setiap individu dapat melakukannya dengan penuh kedisiplinan, karena disiplin merupakan sesuatu yang mutlak adanya untuk membentuk kepribadian yang baik, oleh karena itu, disiplin mempunyai peranan yang penting dalam setiap kegiatan baik secara pribadi maupun kelompok. Crow and Crow (1994 : 117-118) menyatakan bahwa prinsip-prinsip disiplin adalah sebgai berikut : a. Objektif, yakni apa adanya dalam menjalankan tugas atau kegiatan, bukan berdasarkan manipulasi. b. Dapat dipahami. Artinya segala aturan yang diterapkan untuk membina disiplin itu harus dapat dipahami individu maupun kelompok. c. Bersifat individual. Yakni pelaksanaan disiplin harus dimulai dari individu sendiri. d. Tegas. Artinya tidak pandang bulu, tidak memilih atau memilah dalam penerapan peraturan. e. Argumentasi. Yaitu segala peraturan yang dapat diterapkan dalam membina dan menumbuhkan disiplin harus masuk akal (logis). Tayler and User (1982) menyatakan bahwa strategi umum dalam membina disilin adalah sebagai berikut : a. Konsep diri Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan untuk bersikap empiric (Menerima hangat dan terbuka) sehingga pegawai dapat mengeksplorasikan pikiran dan peasaan dalam memecahkan masalah a. Keterampilan berkomunikasi Pemimipin harus menerima semua perasaan pegawai dengan tekhnik berkomunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. b. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami Perilaku-perilaku yang salah karena pegawai telah mengambangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah yang disebut misbehavior . Untuk itu pemimpin disarankan : c. Tujuan secara tepat tujuan perilakunya d. memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari pewrilaku yang salah. e. Klasifikasi nilai Strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri. g. Latihan keefektifan pemimpin Metode ini bertujuan untuk menghilangkan metoderefresif dan kekuasaan, misalnya hukuman atau ancaman melalui metode komunikasi tertentu. c. Indikator-indikator disiplin Menurut The Liang Gie (1995 : 130) indikator-indikator kedisiplina adalah sebagai berikut : a. Ketepatan waktu Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar hendaknya berdisiplin, baik dalam waktu maupun dalam bersikap. i. Ketaatan pada peraturan Seorang guru maupun siswa harus bersama-sama mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah maupun instansi yang terkait yaitu Dinas Pendidikan setempat, sehingga proses balajar mengajar berjalan dengan tertib dan lancar. ii. Keteraturan dalam melaksanakan belajar maupun pengajaran Materi pelajaran, dengan waktu yang tersedia harus tersampaikan dengan tepat waktu, begitupun sebaliknya dalam waktu yang disediakan tersebut siswa harus dapat menerima seluruh materi tersebut yang merupakan salahsatu syarat tuntas atau tidaknya proses belajar. iii. Kesungguhan Seorang siswa maupun guru sudah selayaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya masing-masing semaksimal mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. iv. Pertanggung jawaban Siswa maupun guru yang bertanggung jawab akan melaksanakan semua tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. v. Kejujuran Dalam proses belajar mengajar, seorang anak maupun guru harus jujur baik dalam perilaku sehari-hari dalam menerima materi pelajaran, misalnya apabila ada materi yang kurang dipahami, maka siswa tidak usah merasa malu. Begitupun halnya bagi guru terutama dalam hal penilaian, jangan terpengaruh oleh hal-hal yang dapat membohongi diri sendiri. d. Manfaat/kegunaan Disiplin Disiplin sebagai latihan kejiwaan atau pembiasaan yang baik dari setiap individu harus dilaksanakan dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Pembinaan keteraturan hidup merupakan pendidikan yang dimulai pada diri sendiri yang akan membentuk watak dan sikap serta dapat memberikan nilai-nilai budaya yang positif proses terwujudnya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tentram dan sejahtera lahir-batin. Manusia yang berkualitas akan melaksanakan peraturan perundangan dan tata tertib dengan baik dan benar. Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah disiplin. Menurut Abu Bakar Muhammad (1981 : 3) menjelaskan bahwa disiplin memiliki manfaat yang sangat besar dalam kaitannya dengan berbagai asfek kehidupan manusia, yaitu : i. Mempermudah segala tugas ii. Memudahkan individu dan memungkinkan dia memberi peringatan kepada bawahannya dengan penghematantenaga dan waktu. iii. Aktif dengan perbuatan yang berfaedah selamanya. iv. Dapat membentuk kebiasaan yang baik dalam jiwa seseorang, membiasakan untuk taat dan menjadikan pandai dalam menjalani hidup dalam masyarakat yang teratur. 5. Hambatan Dalam Pelaksanaan Disiplin Secara garis besar hambatan-hambatan untuk menegakkan disiplin secara umum itu dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Hambatan internal Bersumber pada diri seorang atau masyarakat. Yang termasuk hambatan internal adalah kesadaran masyarakat kita masih lemah, kurangnya tanggung jawab terhadap diri pribadi dan tugas yang diberikan oleh masyarakat dan lain-lain. 2. Hambatan eksternal Menyangkut segala hal diluar individu atau masyarakat yang menghambat penegakan disiplin . Berbagai upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan disiplin nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut, a. Dalam pendidikan keluarga orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. b. Dalam lingkungan masyarakat perlu diciptakan keadilan dan kebenaran dalam berbagai tindakan dalam menegakkan peraturan yang berlaku. c. Dalam lingkungan sekolah disamping harus memberikan contoh perbuatan yang baik, para pendidik perlu juga mengintensifkan pendidikan budi pekerti atau moral pancasila dan kewarganegaraan. d. Penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia hingga terwujud kepastian hukum yang memenuhi rasa keadilan dan kebenaran. Firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 29 yang artinya : “Katakanlah Tuhanku menyuruh dengan keadilan”. DAFTAR PUSTAKA • Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 • Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004 • Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf) • Sumber: www.mediamuslim.info Ditulis oleh KIR MASDATA pada 22:28 • Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press • Hayden, Torey. Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil. Bandung: qanita, 2003. • Siregar, Eveline & Hartini Nara. Buku Ajar: Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: tidak diterbitkan, 2008. • Sudrajat, Akhmad. Kesulitan belajar siswa dan bimbingan belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/. Diakses 26 Oktober 2009 pada 20.09 WIB • Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara,2005), h. 1. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003), h. 2. • Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,1999), h. 9. • Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 13. • Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Jakarta:PT Refika Aditama, 2007), h. 5. • Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996), h. 84. • Deny Riana. 2008. 99 Ideas for happy teens. Bandung : Zip Books

1 komentar:

  1. Teton Grinder | TITanium Art
    The Teton Grinder is crafted fram titanium oil filter with nipple piercing jewelry titanium the latest technology, making titanium nipple barbells it the largest and most titanium bong accurate tool for true metal titanium necklace sculptures!

    BalasHapus