Selasa, 27 Maret 2012

Kondisi belajar

Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Gagne kondisi belajar ada dua, yaitu:
1.      Kondisi internal, kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru.
2.      Kondisi eksternal, situasi perangsang di luar diri si belajar dan kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
a.       Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c.       Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e.       Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
1. Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne mengatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis jenis/kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar tersebut adalah:
1.      Keterampilan intelektual. Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan sebelumnya. Caranya dengan membuat "jembatan keledai", pemberian umpan balik, ataupun pemberian review
2.      Informasi verbal. Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja yang baru direkonstruksi.
3.      Strategi kognitif. Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.
4.      Sikap. Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang yang dihormati.
5.      Keterampilan motorik. Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang tepat.
C.  Pengertian belajar
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli
a.       Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
b.      Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
c.       Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
d.      Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
e.       Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
f.        Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa – bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
g.       Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
h.       Menurut Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience ).
i.         Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
j.        Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” (1967). ”Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan–kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik".
k.      T. Morgan dalam introduction to psychology (1961). "Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu".
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1.      Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2.      Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3.      Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4.      Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5.      Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
                           i.                                                                                                                  Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
                         ii.                                                                                                              Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
                        iii.                                                                                                                  Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
                       iv.                                                                                                                  Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
                         v.                                                                                                                  Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
                       vi.                                                                                                                  Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
                      vii.                                                                                                                   Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
                    viii.                                                                                                                  Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
                       ix.                                                                                                                  Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
1.      Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2.      Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

KEDISIPLINAN DAN SEMUA ASFEKNYA

KEDISIPLINAN DAN SEMUA ASFEKNYA A. Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin Kata disiplin berasal dari kata serapan bahasa asing (Inggris), yaitu "discipline" atau "disciplina" ( latin ) yang mempunyai arti 'belajar". Yang dimaksud belajar disini adalah belajar mengembangkan kebiasaan dan penguasaan diri serta mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat anak didik. John M. Echols (1982 : 158). Adapun pengertian disiplin menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : Disiplin artinya kekuatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan aturan dan kebiasaan. WS. Ibrahim, dkk. 91995 : 2). Singgih D. Gunarsa (1995 : 138) menyatakan bahwa disiplin adalah pengendalian tingkah laku yang senantiasa sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku. Menurut Oteng Sutisna (1985 : 138) Memberikan sejumlah definisi kepada kata disiplin itu sendiri, diantaranya : 1. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter dan keadaan serba teratur dan efisien. 2. Hasil latihan serupa itu, pengendalian diri, perilaku yang tertib. Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada peraturan/Kedisiplinan berarti ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap peraturan perundang-undangan, kaidah, norma-norma dan hukum yang berlaku. Semua aturan dan tata tertib tentu mengandung nilai-nilai yang positif dan setiap orang dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh disiplin. Terciptanya disiplin yang tinggi dimulai dari diri masing-masing dan dikembangkan melalui pembiasaan yang baik. Pada akhirnya pembiasaan akan berwujud pada pembentukan sikap dan perilaku pribadi yang pada gilirannnya akan melahirkan manusia-manusia yang berdisiplin. Disiplin bukan berarti mengekang dengan kekangan dan batasan-batasan yang otoriter, tetapi sebaliknya disiplin itu adalah titik yang menghasilkan kebebasan, namun kemerdekaan/kebebasan ini adalah relative, yang mengandung arti bahwa di dalamnya terdapat beberapa ikatan/pembatasan yang aman. 2. Pengertian Disiplin dalam Berbagai Asfek Kehidupan Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Disiplin sering dikaitkan dengan ketaatan atau kepatuhan, yang mempunyai maksud bahwa ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap tata-tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya. Terdapat tiga tingkatan disiplin yaitu, Disiplin diri artinya, kepatuhan dan ketaatan terhadap apa yang telah ditentukan dan disepakati oleh dirinya sendiri misalnya disiplin menggunakan waktu, disiplin melaksanakan ibadah dan disiplin kerja. 1. Disiplin sosial, adalah pernyataan sikap mental masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan bersama yang didukung oleh kesadaran kolektif untuk menunaikan tugas dan kewajiban bersama sebagai kesatuan sosial untuk mencapai tujuan bersama. 2. Disiplin nasional adalah merupakan suatu sikap mental bangsa yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap norma-norma kehidupan yang berlaku dalam berbangsa dan bernegara. Misalnya kepatuhan pada perundang-undangan yang berlaku di Negara kita. Dalam ajaran, Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist, yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59 يا ايها الدين امنوا اطيعواالله وااطيعوالرسول واولى الامرمنكم ...... "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu” (An Nisa 59) Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa.Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. a. Disiplin Dalam Penggunaan Waktu Disiplin dalam penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin dapat kembali lagi. Hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai bangsa du dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan penghargaan terhadap waktu. Orang Inggris mengatakan "waktu adalah uang", peribahasa Arab mengatakan "Waktu adalah pedang", atau "Waktu adalah peluang emas", dan kita orang Indonesia mengatakan :" Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna". Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yan ketat dalam kehidupan pribadinya. b. Disiplin Dalam Beribadah Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertia yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa disiplin dalam beribadah itu mengendung 2 hal : a. Berpegang teguh apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah dan makruh.. b. Sikap berpegang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya. Perhatikan firman Allah dalam Suat Ali Imran ayat 31 : قل انكنتم تعيون الله فاتيعوني يحييكم الله ويغفرلكم دنوبكم والله غفوراالرحيم "Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Ali Imran 31) Sebagaimana telah kita ketahui, ibadah itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Ibadah Mahdah (murni) yaitu bentuk ibadah yang langsung berhubungan dengan allah. 2. Ibadah Ghaira Mahdah (selain mahdah), yang tidak langsung dipersembahkan kepada Allah melainkan melalui hubungan kemanusiaan. Dalam ibadah Mahdah (disebut juga ibadah khusus) aturan-aturannya tidak boleh semaunya akan tetapi harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang menada-ada aturan baru misalnya, shalat subuh 3 raka’at atau puasa 40 hari terus menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak disiplin dalam ibadah, kerana tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, ia termasuk orang yang berbuat bid’ah dan tergolong sebagai orang yang sesat. Dalam ibadah Ghaira mahdah (disebut juga ibadah umum) orang dapat menentukan aturannya yang terbaik, kecuali yang jelas dilarang oleh Allah. Tentu saja suatu perbuatan dicatat sebagai ibadah kalau niatnya ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena riya ingin mendapatkan pujian orang lain. c. Disiplin Dalam Bermasyarakat Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda. Namun demikian, dengan bermasyarakat, mereka telah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan di hargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat tersebut. Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda-beda, mana kala salah satu komponen rusak atau binasa. Hadis NAbi SAW menegaskan : "Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan bangunan yang sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari yang sebelah kejari-jari tangan sebelah lainnya". ( H.R.Bukhori Muslim dan Turmudzi) d. Disiplin Dalam Kehidupan Nasional Negara adalah alat untuk memeperjuangakan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleha para anggota atau warganegara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat merupakan prasyarat untuk berdirinya suatu negara. Tujuan dibentuknya suatu negara adalah agar seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga masyarakat dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan. Rasulullah bersabda yang artinya : "Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat". (H.R.Bukhari Muslim). Kata disiplin juga sering diidentikkan dengan kata akhlak. Adapun kata akhlak itu sendiri berasal dari kata "akhlaq" yang merupakan jama dari "khuluq" dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya". Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan kata Akhlak, Yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalakun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia. Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila. 3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. 4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara 5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah SWT. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Beiq: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma'ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 : اان الدين كفروا لن تغني عنهم اموالهم ولااولادهم من الله شيا واولئك هم وقودا النار. "Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah" Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah SWT. Dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 : ضهرالفساد فى الير واليحر بما كسبت ايدئ النا س ليد يقهم بعض الدي عملو لعلهم يرجعون. "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)" Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memangseharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya Muhammad SAW. Rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, "Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak" (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya). Anas bin Malik ra. Seorang sahabat yang mulia menyatakan: "Rasulullah SAW. adalah manusia yang paling baik budi pekertinya" (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Anas memuji beliau : "Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah SAW. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah SAW. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah SAW., belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?" (HR. Bukhari dan Muslim). Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah ra. Diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al-Ash ra. disebutkan : "Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya'. Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau menjawab : "Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik". (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq). Tatkala Rasulullah SAW. Menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda : "Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. : "Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik." (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Dari Jabir ra. berkata : Rasulullah SAW. bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya" (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419). Berikut adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan keutamaan akhlak a. "Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya". (HR. Ar-Ridha) b. "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik". (HR. Abu Dawud) c. "Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?" Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR. Ath-Thabrani) Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslima mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari'at atau sebaliknya. Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari'at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari'at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. 3. Prinsip-prinsip pengembangan disiplin Agar setiap kegiatan (belajar) dapat berjalan dengan lancar, yakni tercapainya tujuan yang diharapkan, hendaklah setiap individu dapat melakukannya dengan penuh kedisiplinan, karena disiplin merupakan sesuatu yang mutlak adanya untuk membentuk kepribadian yang baik, oleh karena itu, disiplin mempunyai peranan yang penting dalam setiap kegiatan baik secara pribadi maupun kelompok. Crow and Crow (1994 : 117-118) menyatakan bahwa prinsip-prinsip disiplin adalah sebgai berikut : a. Objektif, yakni apa adanya dalam menjalankan tugas atau kegiatan, bukan berdasarkan manipulasi. b. Dapat dipahami. Artinya segala aturan yang diterapkan untuk membina disiplin itu harus dapat dipahami individu maupun kelompok. c. Bersifat individual. Yakni pelaksanaan disiplin harus dimulai dari individu sendiri. d. Tegas. Artinya tidak pandang bulu, tidak memilih atau memilah dalam penerapan peraturan. e. Argumentasi. Yaitu segala peraturan yang dapat diterapkan dalam membina dan menumbuhkan disiplin harus masuk akal (logis). Tayler and User (1982) menyatakan bahwa strategi umum dalam membina disilin adalah sebagai berikut : a. Konsep diri Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan untuk bersikap empiric (Menerima hangat dan terbuka) sehingga pegawai dapat mengeksplorasikan pikiran dan peasaan dalam memecahkan masalah a. Keterampilan berkomunikasi Pemimipin harus menerima semua perasaan pegawai dengan tekhnik berkomunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. b. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami Perilaku-perilaku yang salah karena pegawai telah mengambangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah yang disebut misbehavior . Untuk itu pemimpin disarankan : c. Tujuan secara tepat tujuan perilakunya d. memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari pewrilaku yang salah. e. Klasifikasi nilai Strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri. g. Latihan keefektifan pemimpin Metode ini bertujuan untuk menghilangkan metoderefresif dan kekuasaan, misalnya hukuman atau ancaman melalui metode komunikasi tertentu. c. Indikator-indikator disiplin Menurut The Liang Gie (1995 : 130) indikator-indikator kedisiplina adalah sebagai berikut : a. Ketepatan waktu Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar hendaknya berdisiplin, baik dalam waktu maupun dalam bersikap. i. Ketaatan pada peraturan Seorang guru maupun siswa harus bersama-sama mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah maupun instansi yang terkait yaitu Dinas Pendidikan setempat, sehingga proses balajar mengajar berjalan dengan tertib dan lancar. ii. Keteraturan dalam melaksanakan belajar maupun pengajaran Materi pelajaran, dengan waktu yang tersedia harus tersampaikan dengan tepat waktu, begitupun sebaliknya dalam waktu yang disediakan tersebut siswa harus dapat menerima seluruh materi tersebut yang merupakan salahsatu syarat tuntas atau tidaknya proses belajar. iii. Kesungguhan Seorang siswa maupun guru sudah selayaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya masing-masing semaksimal mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. iv. Pertanggung jawaban Siswa maupun guru yang bertanggung jawab akan melaksanakan semua tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. v. Kejujuran Dalam proses belajar mengajar, seorang anak maupun guru harus jujur baik dalam perilaku sehari-hari dalam menerima materi pelajaran, misalnya apabila ada materi yang kurang dipahami, maka siswa tidak usah merasa malu. Begitupun halnya bagi guru terutama dalam hal penilaian, jangan terpengaruh oleh hal-hal yang dapat membohongi diri sendiri. d. Manfaat/kegunaan Disiplin Disiplin sebagai latihan kejiwaan atau pembiasaan yang baik dari setiap individu harus dilaksanakan dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Pembinaan keteraturan hidup merupakan pendidikan yang dimulai pada diri sendiri yang akan membentuk watak dan sikap serta dapat memberikan nilai-nilai budaya yang positif proses terwujudnya kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tentram dan sejahtera lahir-batin. Manusia yang berkualitas akan melaksanakan peraturan perundangan dan tata tertib dengan baik dan benar. Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah disiplin. Menurut Abu Bakar Muhammad (1981 : 3) menjelaskan bahwa disiplin memiliki manfaat yang sangat besar dalam kaitannya dengan berbagai asfek kehidupan manusia, yaitu : i. Mempermudah segala tugas ii. Memudahkan individu dan memungkinkan dia memberi peringatan kepada bawahannya dengan penghematantenaga dan waktu. iii. Aktif dengan perbuatan yang berfaedah selamanya. iv. Dapat membentuk kebiasaan yang baik dalam jiwa seseorang, membiasakan untuk taat dan menjadikan pandai dalam menjalani hidup dalam masyarakat yang teratur. 5. Hambatan Dalam Pelaksanaan Disiplin Secara garis besar hambatan-hambatan untuk menegakkan disiplin secara umum itu dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Hambatan internal Bersumber pada diri seorang atau masyarakat. Yang termasuk hambatan internal adalah kesadaran masyarakat kita masih lemah, kurangnya tanggung jawab terhadap diri pribadi dan tugas yang diberikan oleh masyarakat dan lain-lain. 2. Hambatan eksternal Menyangkut segala hal diluar individu atau masyarakat yang menghambat penegakan disiplin . Berbagai upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan disiplin nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut, a. Dalam pendidikan keluarga orang tua hendaknya memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. b. Dalam lingkungan masyarakat perlu diciptakan keadilan dan kebenaran dalam berbagai tindakan dalam menegakkan peraturan yang berlaku. c. Dalam lingkungan sekolah disamping harus memberikan contoh perbuatan yang baik, para pendidik perlu juga mengintensifkan pendidikan budi pekerti atau moral pancasila dan kewarganegaraan. d. Penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia hingga terwujud kepastian hukum yang memenuhi rasa keadilan dan kebenaran. Firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 29 yang artinya : “Katakanlah Tuhanku menyuruh dengan keadilan”. DAFTAR PUSTAKA • Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 • Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja Grafmdo Persada, 2004 • Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf) • Sumber: www.mediamuslim.info Ditulis oleh KIR MASDATA pada 22:28 • Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press • Hayden, Torey. Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil. Bandung: qanita, 2003. • Siregar, Eveline & Hartini Nara. Buku Ajar: Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: tidak diterbitkan, 2008. • Sudrajat, Akhmad. Kesulitan belajar siswa dan bimbingan belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/. Diakses 26 Oktober 2009 pada 20.09 WIB • Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspa Swara,2005), h. 1. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003), h. 2. • Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineka Cipta,1999), h. 9. • Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 13. • Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Jakarta:PT Refika Aditama, 2007), h. 5. • Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996), h. 84. • Deny Riana. 2008. 99 Ideas for happy teens. Bandung : Zip Books

LEMAHNYA PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN

setiap anak dilahirkan dengan dibekali kemampuan berbeda dengan anak lain, sehingga melahirkan berbagai macam kepribadian yang unik, hal tersebut sedikit banyaknya akan mempengaruhi kegiatan si anak dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. dari keberagaman tersebut, terkadang seorang guru merasa kesulitan dalam menyampaikan pelajaran. dan yang paling penting adalah membuat si anak memahami apa yang disampaikan gurunya. adanya kesenjangan antara lingkungan sekolah dengan lingkungan rumah membuat permasalahan menjadi bertambah rumit. dengan kata lain seorang anak hanya membuka, membaca buku ketika mereka berada di kelas saja, setelah bel pulang berbunyi maka buku pelajaranpun disimpan rapi di tas_nya tanpa ada keinginan untuk membukanya di rumah. terkadang orangtua-pun acuh tak acuh melihat anaknya seperti itu, seakan terkesan sekolah merupakan "tempat penitipan anak"....(bersambung)

Senin, 26 Maret 2012

DUKUNGAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN DI WILAYAH PEDESAAN

tahun 2012 merupakan tahun dimana tekhnologi sudah sangat berkembang seiring globalisasi yang sudah merasuki setiap unsur kehidupan, hal ini bisa kita lihat dari 3 hal yang umum, FOOD, FASHION dan FUN.tapi hal tersebut tidak akan saya bahas pada kesempatan ini. kita kembali ke pembahasan judul.
Dunia pendiidan di Indonesia tidak bisa dikatakan sepenuhnya maju, dan tidak juga tertingal..kita bisa lihat dari banyaknya anak-anak Indonesia yang berprestasi di tingkat dunia melalui Olimpiade-olimpiade yang sering diselenggarakan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. tetapi kalau kita tengok sedikit ke arah ujung sana (pedesaan) masih banyak anak-anak usia sekolah yang buta terhadap pendidikan, terutama pendidikan dasar. mereka lebih memilih pergi bermain atau membantu kegiatan orangtuanya di ladang. Bahkan banyak dari mereka memilih mencari penghasilan layaknya orang-orang yang sudah mempunyai tanggungan keluarga. sangat miris memang, apabila melihat kenyataan tersebut.tetapi kita tidak bisa menyalahkan sosok si anak, karena hal tersebut tidak lepas dari pengaruh orangtua yang acuh tak acuh terhadap masa depn anak-anaknya.